Kamis, 16 Juni 2016

Kala Banjir ROB Menghadang

Akhir-akhir ini, peristiwa banjir ROB marak terjadi di sepanjang pesisir wilayah Indonesia. Untuk Kota Semarang mungkin banjir ROB hal yang biasa, tapi pantai daerah Depok, Parangtritis dan semua pantai di Kab. Gunung Kidul, banjir ROB atau bisa disebut dengan air laut pasang tahun ini merupakan banjir terparah yang pernah terjadi. 

Kejadian banjir ROB tidak bisa dielakkan, jika banjir biasa disebabkan oleh pengaruh curah hujan, pembuangan sampah yang sembarangan dan drainase yang tidak memadai, tapi berbeda dengan banjir ROB, karena hal ini terjadi akibat peristiwa alam antara bumi dan matahari dan pemanasan global. 

Banjir ROB yang terjadi biasanya dikarenakan tinggi permukaan daerah tersebut lebih rendah dari elevasi permukaan air laut, maka terjadilah banjir. Tetapi bila di sepanjang pesisir pantai, terjadinya banjir ROB bagaikan gelombang besar seperti tsunami kecil. Hal ini sedikit membuat penduduk yang berada di kawasan tersebut waspada dan bila gelombang cukup tinggi maka banyak warga yang mengungsi ke daerah yang lebih tinggi, karena gelombang tersebut mampu menghancurkan dan merusak bangunan di kawasan pesisir pantai tersebut. 

Untuk mengatasi banjir ROB ada beberapa alternatif yang dapat digunakan seperti pembuatan tanggul laut di sepanjang pesisir pantai untuk menghambat terjadinya pasang gelombang tinggi. Kelemahan dari pembuatan tanggul yaitu biaya yang lumayan mahal dan terkadang kurang mempercantik penampilan kawasn pantai. Alternatif selanjutnya menggunakan penanaman hutan Mangrove atau hutan bakau, penanaman bakau ini akan sangat bermanfaat baik untuk pantai maupun untuk kelestarian alam, tapi sayangnya penanaman ini membutuhkan waktu agar mampu meredam terjadi gelombang besar di kawasan pantai yang dapat menyebabkan banjir ROB.